Sebuah penelitian di Edinburgh University mengungkap, 360.000 ton susu di Inggris tidak terminum dan disia-siakan begitu saja tiap tahunnya.
Padahal susu sebanyak itu ikut menyumbang emisi gas karbon dioksida sebanyak 100.000 ton, atau setara dengan gas buang 20.000 mobil.
Gas karbon dioksida sebanyak itu memang tidak secara langsung dihasilkan oleh susu yang dibuang, melainkan berasal dari proses pengolahannya.
Mulai dari peternakan, pemerahan hingga penyajian yang pastinya membutuhkan energi dan kemudian menghasilkan banyak emisi.
Susu akan berguna sebagai sumber nutrisi apabila diminum sebagaimana mestinya, namun jika disia-siakan maka emisi gas karbon dioksida yang dihasilkan tentu tidak sebanding dengan manfaat yang didapar dari susu. Maksudnya, prosesnya sudah mencemari lingkungan tapi akhirnya malah tidak diminum.
"Mengurangi makan daging dan menghindari makanan yang terbuang sia-sia adalah bagian terpenting dalam menjaga agar gas rumah kaca tidak terus meningkat," kata Dr David Reay yang memimpin penelitian tersebut, seperti dikutip dari Dailymail, Selasa (15/5/2012).
Dalam laporannya, Dr Reay juga menyampaikan bahwa emisi gas rumah kaca atau karbon dioksida bisa dikurangi dengan memangkas konsumsi daging ayam.
Mengurangi konsumsi daging ayam dari 25,85 kg menjadi 11,8 di seluruh dunia dikatakan setara dengan menyingkirkan 10 juta mobil dari jalan raya.
Bahkan tidak hanya mengurangi pencemaran karbon dioksida, memangkas porsi daging-dagingan juga bisa sekaligus mengurangi pencemaran gas nitro oksida.
Menurut penelitian yang dilaporkan di jurnal Nature Clomate Change ini, gas tersebut 300 kali lebih berbahaya dibanding karbon dioksida.
(up/ir
http://health.detik.com/read/2012/05/15/080640/1917113/763/susu-yang-dibuang-buang-ikut-memperburuk-pemanasan-global
